Sebagai ucapan terima kasih pengunjung atas artikel yang telah dibaca dari blog ini, silahkan beri dukungan dengan mengklik link dukungan pada widget di bawah. terima kasih

Rabu, 13 Oktober 2010

MENCIPTAKAN KOTA SEMARANG SEBAGAI KOTA WISATA

Perkembangan dunia yang semakin cepat menyebabkan manusia semakin tertekan dalam kehidupan sehari-hari. Beban pekerjaan yang berat dan tuntutan kebutuhan yang terus meningkat menyebabkan orang mudah stres. Oleh karena itu, keberadaan tempat wisata dapat digunakan sebagai sarana melepas stres.
Bila kita bicara tentang wisata, maka Kota Yogyakarta akan disebut sebagai kota tujuan wisata. Pada hari-hari libur, kota Yogya penuh dengan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Begitu juga dengan warga Semarang berbondong-bondong ke Yogya jika ingin berekreasi.
Pertanyaan yang muncul adalah kenapa Semarang tidak bisa seperti Yogyakarta sebagai kota tujuan wiasata. Padahal, dari wisatawan ini akan meningkatkan potensi ekonomi melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari akomodasi, cinderamata, makanan dan transportasi.
Macam-macam tempat wisata yang potensial dikembangkan di Kota Semarang adalah:
  1. Wisata Sejarah
    Pemerintah Kota Semarang menyatakan saat ini Kota Lama sebagai suatu kawasan historis kota bercitra budaya khas menjadi prioritas utama bagi konservasi. Aset kota berupa urban heritage dan infrastruktur berupa bangunan-bangunan lama yang mempunyai nilai arsitektur tinggi, saat ini tinggal berupa ‘space’ yang tidak lagi membentuk ‘place’, karena sudah ditinggalkan oleh manusianya sebagai pelaku budaya. Aset ini disamping merupakan bagian masa lalu dan kebudayaan kota juga merupakan potensi pariwisata tak ternilai pada masa kini dan masa datang. Namun sayangnya, aset yang tak ternilai harganya ini disia-siakan begitu saja, sehingga cenderung menjadi ‘kota mati’.
  2. Wisata Religi
    Kota Semarang memiliki beberapa tempat ibadah yang bisa dijadikan obyek wisata antara lain :
    Masjid Agung Semarang
    Masjid yang berarsitektur Jawa-Timur Tengah dan Eropa ini sangat megah. Banyak yang berdecak kagum dengan kemegahan masjid yang tersebut. Di antaranya mereka mengagumi menara masjid. Lewat menara ini, kita bisa melihat kota Semarang dari atas melalui teropong.
    Keberadaan masjid dapat dijadikan tempat wisata dengan dukungan fasilitas yang memadai seperti tempat parkir yang luas, pertokoan untuk membeli cinderamata, dan transportasi yang mudah.
    Pagoda Avalokitesvara
    Pagoda yang berada di Kawasan Watugong ini cukup potensial untuk dijadikan tempat wisata karena selain sebagai tempat ibadah juga pagoda ini memiliki bangunan yang eksotik dengan relief yang mirip dengan Candi Borobudur. Fasilitas yang lain juga mendukung seperti lokasi yang dekat jalan raya dan tempat parkir yang luas.
  3. Wisata Alam
    Dalam pembangunan perkotaan yang pesat seiring pesatnya laju pertumbuhan penduduk kota, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan ruang-ruang terbuka hijau sebagai unsur kota dan merupakan kebutuhan mutlak bagi penduduk kota. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan yang ideal adalah keseimbangan koefisien penggunaan tata ruang yang memadai antara luas perkotaan dan pertambahan penduduk. Kota Semarang yang merupakan Kota Metropolitan berpenduduk sekitar 1,4 juta jiwa dengan luas wilayah 37.360,947 hektar diharapkan mampu mempertahankan RTH sebagai upaya melestarikan lingkungan. (M Farchan, 2006). Sesuai konsep rencana tata ruang terbuka hijau perkotaan, maka ada dua fungsi yaitu utama (intrinsik) dan tambahan (ekstrinsik). Yang utama yakni fungsi ekologis, sedangkan untuk tambahan adalah fungsi arsitektural, ekonomi, dan sosial. Dalam wilayah perkotaan, fungsi itu harus dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota. RTH berfungsi ekologis adalah untuk menjamin keberlanjutan suatu kawasan kota secara fisik, yang merupakan bentuk rencana berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu kota. Adapun fungsi tambahan adalah dalam rangka mendukung dan menambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota. Dengan begitu dapat berlokasi sesuai kebutuhan dan kepentingannya, misalnya keindahan (taman), rekreasi (lapangan olahraga), dan pendukung lanskap kota.
    Sebagai tempat rekreasi, RTH di kota Semarang potensial untuk mendatangkan wisatawan seperti Taman Lele. Sejak Taman Margasatwa Tinjomoyo ditutup, kota Semarang tidak memiliki kebun binatang. Oleh karena itu Taman Lele bisa dijadikan kebun binatang dengan menambahkan satwa dari Taman Margasatwa Tinjomoyo, sehingga lebih menarik bagi wisatawan.
  4. Wisata Tradisi
    Kota Semarang memiliki beberapa tradisi yang bisa dijadikan obyek wisata antara lain :
    Dugderan
    Dugderan merupakan tanda dimulainya puasa. Hal ini terjadi pada tahun 1881 di bawah Pemerintah Kanjeng Bupati RMTA Purbaningrat. Beliaulah yang pertama kali memberanikan diri menentukan mulainya hari puasa, yaitu setelah bedug Masjid Agung dan meriam di halaman kabupaten dibunyikan masing-masing tiga kali. (Mardiana, 2006).
    Adanya upacara tersebut makin lama makin menarik perhatian masyarakat Semarang dan sekitarnya. Ini menyebabkan datangnya para pedagang dari berbagai daerah yang menjual berbagai macam makanan, minuman dan mainan anak-anak seperti yang terbuat dari tanah liat (celengan, gerabah), mainan dari bamboo (seruling, gangsingan),dan mainan dari kertas (warak ngendog).
    Tradisi ini mempunyai potensi untuk mendatangkan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Dimana kedatangan wisatawan ini akan memutar roda perekonomian dan perdagangan, mulai dari akomodasi, cinderamata, makanan dan transportasi. Ini akan menimbulkan efek domino bagi sector lain termasuk investasi. Oleh karena itu perlu mengemas Dugderan menjadi paket wisata yang menarik.
    Perayaan kedatangan Laksamana Cheng Ho
    Setiap menginjak bulan keenam penanggalan Imlek, Kota Semarang akan merayakan kedatangan Laksamana Cheng Ho bersama juru mudinya Wan Jing Hong (Ong King Hong). Prosesi biasanya dipusatkan di tempat mereka merapat tahun 1405 lalu, yaitu di kawasan Simongan, kurang-lebih 3 km arah barat Tugu Muda. Tempat tersebut dibangun monumen religius bernama Kelenteng Sam Poo Kong atau Gedong Batu pada tahun 1724. (Sukawi, 2006).
    Selama beratus-ratus tahun, Klenteng Sam Poo Kong telah menjadi tempat tujuan wisatawan dan peziarah dari seluruh dunia untuk mengenang kebesaran Laksamana Cheng Ho. Upaya untuk menjual potensi wisata ini dapat dilakukan dengan mempercantik Klenteng Sam Poo Kong. Selama ini ''terdamparnya'' Sam Poo Tay Djien (Laksamana Cheng Ho) hingga di Gedong Batu ditandai dengan ritual arak-arakan patungnya dari Klenteng Tay Kak Sie di kawasan Pecinan ke Klenteng Sam Po Kong Gedong Batu Simongan. Arak-arakan ini juga merupakan aktrasi tersendiri yang dapat dijual kepada wisatawan. Festival Barongsai maupun Lampion atau aktraksi lainnya yang berbau tradisi Cina juga wajib untuk diangkat menjadi sebuah pertunjukan kebudayaan dan dikemas yang menarik. Agar suasana terkesan lebih hidup, replika perahu atau kapal Sam Poo Kong perlu juga dibuat di sungai Banjir Kanal Barat.Para pelaku pariwisata dan penyelenggara akomodasi wajib mengemas kegiatan ini dengan membuat paket-paket wisata yang relatif murah tapi menarik.
    Berkaitan dengan upaya menggaet wisatawan, sebetulnya di Semarang banyak Chinese Heritage (Pusaka Budaya Cina) seperti kawasan Pecinan dengan 10 klentengnya. Klenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok, merupakan klenteng induk bagi seluruh klenteng yang ada di Semarang Dengan kedatangan wisatawan akan memutar roda perekonomian dan perdagangan. Mulai dari akomodasi, cinderamata, makanan, dan transportasi akan mengalami kenaikan permintaan yang akan menimbulkan efek domino bagi sektor yang lain, termasuk sektor investasi. Dengan peringatan ini diharapkan kegiatan pengembangan pariwisata di Semarang akan menggeliat. Sehingga peninggalan Cheng Ho termasuk kegiatan didalamnya dapat menjadi aset wisata yang mampu menjadi sarana bisnis dan mendatangkan pendapatan bagi kota Semarang.
  5. Wisata Kuliner
    Kuliner Semarang memiliki potensi yang tidak bisa dientengkan. Bisnis oleh-oleh di Jalan Pandanaran ini menurut laporan Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengalami kenaikan sebesar 20-25 %. (Seputar Semarang edisi 17 – 23 Oktober 2006). Padahal dalam kasus perrtumbuhan ekonomi secara umum, di Semarang hanya mengalami kenaikan dengan kisaran 3 %. Karena itu pakar ekonomi optimis dalam tahun-tahun ke depan, pusat jajan di Semarang akan semakin cerah.
    Di ruas jalan Pandanaran, kita bisa membeli makanan khas Semarang seperti lumpia, banding presto, dan wingko.

  6. Menciptakan Kota Semarang sebagai Kota Tujuan WisataUntuk menciptakan Kota Semarang sebagai kota tujuan wisata, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
    Promosi Paket Wisata
    Atraksi wisata diantaranya, menampilkan berbagai acara festival, gala seni, pasar rakyat, pekan seni dan promosi. Dengan mengemas budaya daerah dalam suatu paket acara yang atraktif dan representatif melalui pagelaran kesenian yang cukup menarik seperti, siteran, gamelan, gambang semarang, ketoprak, wayang orang, dan lainnya. Pengembangan wisata yang cukup potensial ini tidak akan lepas dari strategi dan cara pemasaran yang baik serta komitmen bersama. Pemkot juga harus menggandeng pihak swasta khususnya biro perjalanan wisata (tour and travel) untuk turut serta berpromosi. Peran biro perjalanan dalam memasarkan produk tersebut sangat dominan karena usaha ini memiliki jaringan yang cukup luas (armada, hotel, dan lainnya), media promosi yang luas (brosur/pamflet, koran, majalah, dan lainnya), dan customer atau pengguna jasa yang dapat dipersuasi agar tertarik mengikuti program wisata.
    Renovasi bangunan kuno
    Bangunan kuno yang ada seperti stasiun Tawang, Gereja Blenduk, rumah-rumah kuno, bangunan kuno untuk perkantoran, hendaknya di renovasi dengan tanpa merubah bangunan secara total sehingga keasliannya tidak hilang dan dirawat supaya kelihatan lebih menarik, Memfungsikan kembali bangunan kuno terutama yang dibiarkan kosong untuk aktivitas yang dapat berlangsung pagi, siang maupun malam hari seperti pasar malam atau kegiatan komersial yang lain.
    Penataan PKL yang rapi dan aktraktif
    Untuk meningkatkan penghidupan pedagang kecil atau PKL pemerintah kota dapat menyediakan fasilitas seperti warung-warung kecil yang tertata rapi dan didesain secara atraktif terutama di tempat. Kondisi ini dapat ditawarkan kepada para turis baik lokal maupun mancanegara untuk menarik mereka agar berbelanja souvenir dan makanan khas kota Semarang dengan nyaman dan aman
    Menyediakan Prasarana Kota
    Prasarana kota ini berupa kantong-kantong parkir yang cukup terutama untuk mengantisipasi event-event tertentu yang diselenggarakan untuk menyemarakkan kawasan wisata. Memberikan penerangan jalan terutama untuk kawasan-kawasan yang sepi dan gelap sehingga menghilangkan kesan “angker” dari kawasan tersebut. Penyediaan pedestrian bagi para pejalan kaki, selain itu penambahan vegetasi sebagai pelindung dan pengarah yang ditempatkan di daerah-daerah yang gersang
    Partisipasi Masyarakat
    Pemerintah kota harus bersama-sama dengan dinas yang terkait untuk membuat beberapa program pengembangan untuk kawasan wisata. Hal ini merupakan peluang bagi masyarakat sekitar lokasi untuk dapat membantu pemerintah dalam merealisasikan program-program pengembangan tersebut sehingga selain dapat memberikan keuntungan bagi pemerintah tetapi juga memberikan banyak manfaat dan keuntungan bagi masyarakat. Pemerintah tidak sekadar bicara pelestarian, tetapi juga meningkatkan nilai dan kegiatan ekonomi di kawasan wisata sehingga memberi insentif kepada masyarakat setempat.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Good post and this mail helped me alot in my college assignement. Thank you for your information.

 
Great HTML Templates from easytemplates.com.