Sebagai ucapan terima kasih pengunjung atas artikel yang telah dibaca dari blog ini, silahkan beri dukungan dengan mengklik link dukungan pada widget di bawah. terima kasih

Senin, 08 Oktober 2007

MUDIK, RITUAL YANG TAK PERNAH MATI

Tak terasa sudah 15 tahun saya hidup di Semarang, berarti lebaran ini adalah acara mudikku yang ke 15. Ada perasaan yang bercampur baur ketika acara tahunan ini datang, rasa kangen pada kedua orang tuaku yang alhamdulillah masih hidup di desa dan rasa takut karena aku belum bisa memberikan kebahagiaan pada mereka.
Mudik kali ini juga terasa istimewa karena kedua anakku sudah mulai besar. Kami bangga pada mereka karena tidak lupa dengan desa kelahiran ayahnya, masih ingat dengan akung dan mbah putrinya.
Tapi ritual mudik juga membebaskan energi yang cukup banyak. Masih ingat dalam ingatan, mudik kami tahun lalu dihiasi dengan kemacetan yang tidak lama tetapi sangat lama. Berjam-jam kami terdampar di jalan raya menunggu lancarnya kendaraan yang kami tumpangi.
Tapi itulah mudik, ritual tahunan dengan segala pernak-perniknya yang selalu ditunggu. Doakan kami lancar menuju kota kecil Bumiayu. My parents, I am coming

0 komentar:

 
Great HTML Templates from easytemplates.com.