Sebagai ucapan terima kasih pengunjung atas artikel yang telah dibaca dari blog ini, silahkan beri dukungan dengan mengklik link dukungan pada widget di bawah. terima kasih

Senin, 17 September 2007

PESAWAT TERBANG SIPIL

A. Sejarah Pembuatan Pesawat Terbang
Pesawat terbang pertama kali ditemukan oleh . Wilbur Wright dan Orville Wright. Keduanya dikenal sebagai Wright bersaudara.Wilbur Wright lahir tahun 1867 di kota Millville, Indiana. Orville Wright --adiknya-- lahir tahun 1871 di kota Dayton, Ohio. Kedua anak laki ini duduk di perguruan tinggi tetapi tak satu pun peroleh ijazah. Keduanya punya bakat di bidang mekanika dan keduanya tertarik dengan masalah menerbangkan manusia ke udara. Kakak-beradik ini asyik menekuni karya-karya peminat aeronautik lain seperti: Otto Lilienthal, Octave Chanute dan Samuel P. Langley. Di tahun 1899 mereka mulai bekerja ke arah penerbangan sendiri. Pada bulan Desember 1903, sesudah kerja keras selama empat tahun lebih sedikit, hasil usahanya berhasil dengan gemilang. (Michael H. Hart, 1978).
Orang mungkin heran kepada Wright bersaudara mampu menciptakan prestasi yang gagal dilakukan orang-orang lain. Ada beberapa sebab yang membuat mereka berhasil. Pertama, dua kepala tentu lebih efektif dari satu kepala. Wright bersaudara senantiasa bekerja sama dan tunjang-menunjang dengan amat serasi dan sempurna. Kedua, mereka dengan cekatan mengambil keputusan bahwa mereka pertama mempelajari bagaimana cara terbang sebelum mencoba membikin pesawat. Sepintas lalu hal ini rasanya bertentangan menurut ukuran umum: bagaimana bisa belajar terbang jika belum ada pesawat terbang? Jawabnya adalah, Wright bersaudara belajar terbang dengan menggunakan pesawat peluncur. Mula-mula mereka mengamati cara kerja layang-layang, kemudian peluncur. Tahun berikutnya mereka membawa pesawat peluncur ukuran besar ke Kitty Hawk, di Carolina Utara, cukup untuk ditumpangi dan dapat mengangkat seorang manusia. Pesawat ini dicoba. Tampaknya hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Mereka bikin dan coba pesawat peluncur lengkap di tahun 1901 dan disusul dengan pembikinan tahun 1902. Pesawat peluncur ketiga ini merupakan gabungan dari pelbagai penemuan-penemuan penting mereka. Beberapa paten dasar, digunakan tahun 1903, berkaitan dengan pesawat peluncur itu ketimbang pesawat terbang pertama mereka. Mengenai pesawat peluncur ketiga itu mereka telah lebih dari seribu kali mengangkasa dengan berhasil. Kedua bersaudara Wright telah merupakan pilot pesawat peluncur terbaik dan paling berpengalaman di dunia sebelum mereka mulai membikin pesawat udara bermesin. (Michael H. Hart, 1978).
Pengalaman mengudara dengan pesawat peluncur merupakan inti sukses ketiga mereka yang amat penting. Banyak orang yang sebelumnya sudah pernah mencoba membikin pesawat punya kekhawatiran utama bagaimana hasil ciptaannya tinggal landas. Wright bersaudara dengan tepat menyadari bahwa masalah pokok adalah bagaimana mengawasi pesawat sesudah berada di udara. Karena itu, sebagian besar waktu dan perhatian mereka tumpahkan pada soal bagaimana mencapai kestabilan pesawat ketika sudah terbang. Mereka berhasil menciptakan tiga jenis alat pokok untuk mengawasi pesawat, dan inilah yang membuat mereka berhasil dalam peragaan.
Wright bersaudara juga memberi sumbangan penting dalam hal perancangan sayap. Mereka sadar, data-data sebelumnya yang sudah disiarkan, tidak bisa dijadikan pegangan. Karena itu mereka menciptakan sendiri lorong-lorong angin dan dicoba terhadap lebih dari dua ribu macam bentuk permukaan sayap. Inti utama dari percobaan ini adalah, kedua bersaudara itu mampu membikin bagan sendiri, memaparkan tentang tekanan udara terhadap sayap tergantung pada bentuk sayap itu. Keterangan ini kemudian digunakan dalam tiap pembuatan sayap pesawat terbang.
Penerbangan pertama dilakukan tanggal 17 Desember tahun 1903 di Kill Devil Hill dekat Kitty Hawk, Carolina Utara. Masing-masing kedua bersaudara itu melakukan dua penerbangan pada hari itu. Penerbangan pertama, yang dilakukan Orville Wright berlangsung 12 detik dan mencapai jarak 120 kaki. Penerbangan terakhir, yang dilakukan Wilbur Wright, berlangsung 59 detik dan mencapai ketinggian 852 kaki. Pesawatnya yang mereka namakan Flyer I (kini terkenal dengan julukan Kitty Hawk) memakan ongkos pembuatan kurang dari 1000 dolar. Pesawat itu punya sayap sepanjang 40 kaki dan bobot sekitar 750 pon, berkekuatan mesin 12 tenaga kuda dengan berat cuma 170 pon. Pesawat asli itu kini tersimpan rapi di Museum Udara dan Ruang Angkasa Washington D.C.
Setelah penerbangan mereka di Kitty Hawk, Wright bersaudara kembali ke kota asalnya di Dayton. Di sana mereka merancang dan membikin pesawat kedua, Flyer II. Dengan pesawat yang kedua ini mereka melakukan 105 kali penerbangan di tahun 1904 tanpa menarik perhatian umum sama sekali. Pesawat Flyer III yang sudah disempurnakan dan lebih praktis dibikin tahun 1905. Meski mereka banyak kali mengudara di dekat kota Dayton, banyak orang tetap tidak percaya bahwa yang namanya pesawat terbang sudah lahir di dunia. Di tahun 1906 --misalnya-- koran The Herald Tribune edisi Paris menurunkan tulisan berjudul Flyer or Liars? (Penerbangan atau pengibulan?).
Di tahun 1908 akhirnya mereka menyapu bersih semua kebimbangan dan ketidakpercayaan umum. Wilbur Wright menerbangkan pesawatnya ke Perancis, bikin demonstrasi akrobatik di udara dan mengorganisir perusahaan untuk memasarkan hasil ciptaannya. Sementara itu, di Amerika Serikat, Orville Wright menyuguhkan pertunjukan serupa. (Michael H. Hart, 1978).
Dibanding mobil dan kapal laut, pesawat terbang tergolong moda transpor paling rumit. Pesawat perlu tubuh, sayap, dan mesin untuk bisa menjamin bisa mengudara. Namun, bagaimana proses terbang terjadi, boleh jadi banyak di antara kita pun masih belum memahami. Bagaimana itu bisa terjadi?


B. Bagaimana Pesawat Bisa Terbang
Kita beruntung hidup di zaman sekarang. Sebab, untuk memahaminya sudah tak serumit saat Wright Bersaudara berupaya menguaknya. Cukup simak posisi penampang sayap dan ikuti ke mana arah gaya bekerja.
Untuk memahami hal ini kita harus mengerti bahwa ada 4 gaya yang bekerja pada pesawat udara selama penerbangan yaitu Gaya angkat ( LIFT) atau gaya keatas, Gaya berat ( WEIGHT ) atau gaya kebawah, selanjutnya Gaya maju ( THRUST ) serta Gaya kebelakang ( DRAG ). Dua gaya berikut dapat mudah dipahami. Gaya berat ( WEIGHT ) bekerja menarik benda kembali ke bumi, sebagai contoh apabila kita melemparkan batu ke atas maka akan jatuh. Selanjutnya apabila kita mengendarai sepeda, maka terasa hambatan dari depan. (Yan Fajar Azwar , 2006 ).
Ada 2 gaya lain yang bekerja pada pesawat selama diudara yaitu LIFT dan THRUST yang keduanya merupakan kunci untuk penerbangan. Gaya-gaya tersebut oleh para perancang pesawat diperhitungkan untuk mengatasi DRAG dan WEIGHT. Gaya angkat ( LIFT ) dihasilkan oleh permukaan sayap yang dirancang agar tekanan udara diatas permukaan lebih kecil dari bagiah bawah. Gaya-gaya lain yang bekerja untuk menjaga agar pesawat tetap berada di udara yaitu THRUST. Gaya ini menarik pesawat kearah depan, biasanya gaya ini diperoleh dari putaran baling-baling ( PROPELLER ) mesin atau dorongan mesin jet. Gaya maju ( THRUST ) dan gaya angkat ( LIFT ) akan bekerja bersamaan untuk menarik pesawat kearah depan dan meninggalkan darat. (Yan Fajar Azwar , 2006 ).
Sayap, bagaimana pun, adalah bagian terpenting yang bisa membawanya terbang. Penampang yang berbentuk aerofoil, di desain sedemikian rupa, sehingga akan menimbulkan gaya angkat jika dipaksa maju dengan cepat. Bagaimana itu bisa terjadi, tak sulit untuk dipahami. Semua ini berkaitan dengan Hukum Bernoulli yang pernah diajarkan di bangku SMP. Ketika udara mengaliri penampang dari depan ke belakang, akan terjadi pemampatan udara yang berbeda pada sisi atas dan bawah. Pada kecepatan dan sudut sayap tertentu akan muncul gaya angkat atau lift. Tubuh pesawat pun akan mengudara karena gaya angkatnya lebih besar dari gaya berat (weight). Hingga batas-batas tertentu, lift akan meningkat begitu kecepatan dan sudut sayap diperbesar. Sudut sayap, adalah sudut yang terjadi antara garis lateralnya dengan posisi horizontal bumi. Dalam dunia penerbangan, sudut ini biasa dikenal sebagai angle of attack. (www.angkasa –online.com.)
Selain lift dan weight, dua gaya lain yang bekerja pada sebuah pesawat adalah gaya dorong (thrust) dan gaya hambat (drag). Thrust bisa diatur dengan "memainkan" putaran mesin pendorong. Ketika gaya dorong mulai melebihi weight, pesawat akan mulai menggelinding di landasan. Nah, begitu lift muncul dan besarnya melebihi drag, pesawat pun mengudara. Di udara, pesawat selanjutnya bisa dibuat menanjak dengan memperbesar angle of attack. Namun, begitu sudut serang ini dibuat lebih besar dari batas maksimumnya, pesawat akan serta-merta kehilangan gaya angkat. Ia selanjutnya akan segera jatuh bagai daun. Proses ini biasa dinamakan stall. Seberapa besar angle of attack amat tergantung dari jenis pesawat. Begitu pula dengan besar awal gaya dorong yang bisa menciptakan gaya angkat. Semakin besar pesawat akan semakin dituntut gaya dorong yang semakin besar. (www.angkasa –online.com.).
Pesawat bisa terbang ke segala arah, menanti gerak kemudi pilot. Kalau kemudi diputar ke kiri, pesawat akan banking ke kiri. Demikian pula sebaliknya. Gerakan ini ditentukan bilah aileron di kedua ujung sayap utama. Lalu, jika pedal kiri atau kanan diinjak, pesawat akan bergerak maju ke kiri atau ke kanan. Dalam hal ini yang bergerak adalah bilah rudder. Posisinya di belakang sayap tegak (di ekor). Berbeda jika gagang kemudi di tarik atau didorong. Pesawat akan menanjak atau menukik. Penentu gerakan ini adalah bilah kemudi elevator yang terletak di kedua bilah sayap ekor horizontal. (www.angkasa –online.com.).


C. Sumber Daya Penerbangan
Dunia penerbangan memerlukan dua aspek yakni alat dan sumber daya manusia. Yang termasuk peralatan antara lain pesawat terbang, bandar udara, alat navigasi, dan beberapa sarana dan prasarana lain. Aspek yang pertama ini bisa dipenuhi dalam waktu relatif singkat dengan cara membeli atau membangunnya. Dari kedua aspek itu, aspek sumberdaya manusialah yang memegang peran utama, karena sudah pasti tanpa sumber daya manusia ini peralatan itu tak mungkin ada atau tak mungkin beroperasi.
Semua sepakat, lembaga pendidikan dan pelatihanlah yang merupakan penyedia sumber daya manusia itu. Sumberdaya manusia yang dilahirkan lembaga ini mampu menciptakan hardware dan software penerbangan, metode pelaksanaan dan pengelolaan usaha penerbangan, atau sistem hukum yang merupakan sisi lain dunia penerbangan. Sumber daya manusia untuk penerbangan antara lain :
1. Aeronautika / Teknik Penerbangan.
Program studi Aeronautika (AE) bertujuan untuk menyiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan siap bekerja sebagai seorang ahli perawatan pesawat udara (Aircraft Maintenance Engineer) yang memenuhi kualifikasi untuk bekerja di perusahaan penerbangan sipil nasional maupun internasional.
Untuk memenuhi kualifikasi sesuai tuntutan sebagai Aircraft Maintenance Engineer, kurikulum yang diselenggarakan oleh Program Studi Aeronautika mengacu kepada kebutuhan pasar (di perusahaan penerbangan sipil) dan sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation/CARS). Dengan kurikulum tersebut, maka para taruna/mahasiswa Program Studi Aerounautika dapat mengikuti ujian Aircraft Maintence Engineer Lincence dari Direktorat Jendral Perhubungan Udara RI. Ujian tersebut diselenggarakan di STTKD. Prodi Aerounautika mempunyai konsentrasi: a/c Airframe, Power plant, Avionic system.
2. Manejemen Transportasi Udara
Manejemen Perusahaan penerbangan mempunyai tugas untuk mengatur dan membuat rencana perusahaan penerbangan, mengatur System Transportasi Udara sesuai dengan perkembangan tehnologipenerbangan.
Program studu MTU STTKD bertujuan untuk membentuk tenaga-tenaga terampil tingkat menengah yang akan bekerja di perusahaan-perusahaan industri jasa penerbangan, Perusahaan Pengelola Bandar Udara, Perusahaan Penerbangan, Perusahaan Jasa Ground Handling, Biro Jasa Perjalanan, Perusahaan Jasa Cargo Udara dan tidak menutup kemungkingkinan bekerja di pemerintahan.
Kurikulum yang disusun berdasarkan tugas-tugas di unit-unit Perusahaan Penerbangan dan Pengelolaan Bandar Udara dengan standar Nasional maupun Internasional. Dalam Program studi MTU para Taruna dibekali ilmu-ilmu Pengetahuan tentang: Perusahaan Penerbangan, Perusahaan pengelola Bandar Udara, Penanganan Ground Handling baik di Pasasi maupun di Ramp Area dan Penanganan Pesawat Udara, cara-cara Penanganan Penumpang dan Barang yang diangkut melalui Pesawat Udara , Perencanaan dan Pemasaran Produk Perusahaan Penerbangan, Penanganan Cargo Udara. Keamanan dan Keselamatan di Bandar Udara, Keimigrasian, Kepabeanan, Karantina, ditambah ilmu dasar yang mendukung pekerjaan misalnya Bahasa Inggris, Komputer Akuntansi, Statistik dan Ekonomi.
3. Ground Handling
Ground Handling (GH) atau Pramugari darat adalah auatu pekerjaan dalam rangka mempersiapkan keberangkatan dan kedatangan pesawat terbang di bandar udara.
Tujuan pelayanan Ground Handling agar keberangkatan dan kedatangan penumpang, bagasi, cargo dan surat pos (mail) dengan menggunakan pesawat terbang baerjalan aman, lancer dan nyaman.
Pekerjaan Ground Handling mencakup beberapa cakupan yang pokok, antara lain.
- Prosedur keberangkatan dan kedatangan penumpang dan bagasi,
- keberangkatan dan kedatangan cargo mail
- keberangkatan dan kedatangan pesawat terbang

Daftar pustaka
1. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Michael H.Hart, 1978 Terjemahan H.Mahbub Djunaidi, 1982 PT.Dunia Pustaka Jaya Jln.Kramat II, No.31A Jakarta Pusat
2. Yan Fajar Azwar . 2006. htm Mengapa Pesawat Bisa Terbang. Federasi Aero Sport Indonesia Aeromodelling. Mengapa pesawat bisa terbang? www.angkasa –online.com.

1 komentar:

Umari Murry mengatakan...

Penjelasan yang mudah dipahami bagi awam tentang bagaimana pesawat bisa terbang.
Ada baiknya dijelaskan juga bagian-bagian pesawat lainnya serta fungsinya.

 
Great HTML Templates from easytemplates.com.